Read more: Cara Membuat Tulisan Judul Blog Berjalan http://ojelhtc.blogspot.com/2011/12/cara-membuat-tulisan-judul-blog.html#ixzz1g70iReY3 Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial Share Alike

tulisan

welcome : selamat mengakses, semoga bermanfaat

Selasa, 13 Desember 2011

panca usaha tani - sapta usaha tani


panca usaha tani - sapta usaha tani
SAPTA USAHA TANI

Penduduk dunia terus bertambah, terutama di negara-negara berkembang. Keadaan tersebut harus diiringi/didukung oleh peningkatan pangan. Sesuai dengan apa yang dinyatakan Thomas Robert Malthus, perlu disadari bahwa kemampuan sumber daya alam sebagai penghasil pangan adalah terbatas. Untuk itu perlu diupayakan pengembangan sumber daya alam yang pada akhirnya ditujukan bagi pengembangan produksi pangan.

REVOLUSI HIJAU
Merupakan usaha pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan. Mengubah dari pertanian tradisional menjadi pertanian yang menggunakan teknologi lebih maju. Diawali oleh Ford dan Rockefeller Foundation, yang mengembangkan gandum di Meksiko (1950) dan padi di Filipina (1960). Revolusi hijau menekankan pada SEREALIA: padi, jagung, gandum, dan lain-lain.
REVOLUSI HIJAU DI INDONESIA
Dilakukan dengan EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI pertanian. Ekstensifikasi dengan perluasan areal. Terbatasnya areal, menyebabkan pengembangan lebih banyak pada intensifikasi. Intensifikasi dilakukan melalui Panca Usaha Tani, yaitu:

1.Penggunaan bibit unggul
Pemilihan bibit unggul adalah langkah pertama yang dilakukan oleh para petani pada sapta usaha tani. Bibit unggul adalah jenis bibit yang memiliki sifat-sifat menguntungkan bagi peningkatan produksi pangan. Pemilihan bibit sangat berpengaruh besar pada hasil panen yang akan dihasilkan nantinya. Berikut ini adalah beberap jenis bibit padi yang unggul dan berkualitas :
•IR, dan IR 64
•PB 5, dan PB 8
•Bramo
•Rajalele
•Cisadane
Pemilihan bibit unggul juga sangat menunjang akan hasil padi yang dihasilkan nantinya. Adapun ciri-ciri benih yang baik adalah sebagai berikut :
•Berlabel
•Bermutu tinggi
•VUTW ( varietas unggul tahan wereng )
•Kemampuan berproduksi tinggi

2.Teknik pengolahan lahan pertanian
Proses kedua yang dilakukan pada sapta usaha tani adalah pengolahan tanah secara baik. Mengolah tanah bertujuan agar tanah yang ditanami dapat menumbuhkan tanaman secara baik dan membuahkan hasil yang berlimpah. Sebagai masyarakat agraris, bangsa Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal cara-cara mengolah tanah agar mendapatkan hasil pertanian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Beberpa alat sederhana yang dulu digunakan diantaranya : cangkul, garu, garu tangan, bajak, landak, dan lain sebagainya.
Makin maju peradaban manusia, makin canggih pula alat alat-alat dan teknik yang digunakan untuk mengolah lahan pertanian. Pada zaman yang makin maju dewasa ini, pemakaian cangkul dan bajak sebagai alat untuk membalik tanah agar tanah menjadi gembur telah diganti dengan pemakaian traktor. Dengan demikian bercocok tanam di sawah lebih ringan, cepat, mudah dan hasilnya lebih sempurna. Namun, traktor juga mempunyai dampak negatif pada tanah yang dibajak, diantaranya: bajak yang terdapat pada traktor tidak dapat membalik tanah dengan sempurna dan bahan bakar minyak yang digunakan pada traktor dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
 
Dikarenakan hasil panen juga dipengaruhi oleh kondisi tanah maka kita harus memilih tanah yang baik. Berikut ini adalah syarat-syarat tanah yang baik adalah:
 
1.Memiliki cukup rongga udara, gembur, dan tidak padat.
2.Mengandung banyak unsur organik
3.Banyak mengandung mineral dan unsur hara
4.Mampu menahan air
5.Memiliki kadar asam dan basa tertentu.

3.Pengaturan irigasi
Untuk meningkatkan produksi perlu diatur sistem irigasi atau pengairan yang baik karena air merupakan kebutuhan vital bagi tanaman. Selain membantu pertumbuhan tanaman secara langsung, air bagi lahan petanian juga berfungsi membantu mengurangi atau menambah kesamaan tanah. Air membantu pelarutan garam-garam mineral yang sangat diperlukam oleh tumbuhan. Akar tumbuhan menyerap garam-garam mineral dari dalam tanah dalam bentuk larutan. Pemberian air atau pengairan pada tumbuhan padi tidak boleh terlalu banyak maupun terlalu sedikit. Jika air yang diberikan terlalu banyak akan mengakibatkan pupuk atau zat makanan disekitar tanaman akan hilang terbawa oleh air. Sebaliknya, jika terlalu sedikit tumbuhan akan mati karena tidak mendapatkan air

4.Pemupukan
Memberikan pupuk pada tanaman pada prinsipnya adalah memberikan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Secara alamiah, di dalam tanah telah terkandung beberapa unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Namun masih perlu ditambah untuk mandapatkan jumlah unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan harus dilakukan dengan tepat, baik dalam jumlah pupuk, masa pemupukan maupun jenis pupuknya. Hilangnya unsur hara dalam tanah bukan saja karena diserap oleh tumbuhan, tetapi juga mungkin karena erosi atau pengikisan tanah oleh air. Apabila erosi dibiarkan berlarut-larut, tanah akan menjadi kritis, yaitu tanah tidak lagi mengandung unsur hara sehingga tidak dapat ditanami oleh tumbuhan.
Pupuk dapat digolongkan menjadi beberapa jenis menurut proses terjadinya/cara pembuatanya, menurut asalnya, dan menurut unsur hara yang terdapat/terkandung di dalamnya. Berdasarkan proses terjadinya/proses pembuatannya pupuk dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Pupuk Alami
Pupuk alami adalah pupuk yang terbentuk atau proses pembuatannya secara alamiah, yakni dari proses pembusukan yang dilakukan oleh mikroorganisme atau makhluk pengurai(Detrivor) yang menguraikan bangkai, sampah, atau kotoran hewan atau manusia menjadi tanah yang mengandung unsur-unsur hara yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Berikut ini adalah beberapa contoh daripada pupuk alami diantaranya :
•Pupuk kompos: Pupuk kompos adalah pupuk alamiah yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang bermacam-macam.
•Pupuk hijau: Pupuk hijau adalah pupuk alamiah yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan terutama polong-polongan/kacang- kacangan, daun, batang,dan akar.
•Pupuk kandang: Pupuk kandang adalah pupuk alamiah yang berasl dari sisa-sisa penguraian mikroorganisme.
•Pupuk guano: Pupuk guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran burung.
 
b. Pupuk Buatan
Pupuk buatan adalah pupuk yang sengaja dibuat di pabrik-pabrik pupuk dan mengandung zat-zat yang sesuai dengan keperluan pertumbuhan tanaman. Pupuk buatan ini ada yang khusus dibuat untuk pertumbuhan daun, khusus untuk bunga, atau khusus untuk bunga. Pemakaian pupuk buatan sangat praktis dan lebih berdaya guna dibandingkan dengan pupuk alami. Dalam penggunaanya, pupuk buatan dapat diatur seberapa besar zat yang dibutuhkan oleh tanaman. Berikut ini adalah beberapa pupuk yang tergolong sebagai pupuk buatan, diantaranya:
•NPK (Nitrogen Pospor Kalum)
•ZA (Zwafel Zuur Amonia)
•TSP (Triple Super Pospor)
•DSP (Double Super Pospor)
•ESP (Engkel Super Pospor)
Cara Pemberian pupuk yang Tepat
Pemupukan yang baik salah satunya dapat kita lakukan melalui cara pemupukan yang tepat 4 tepat, yaitu:
•Tepat Dosis jumlah pupuk yang diberikan sesuai dengan jumlah pupuk yang dibutuhkan tanaman (tidak boleh terlalu banyak atau terlalu sedikit)
•Tepat Jenis: pupuk yang diberikan sesuai dengan jenis tanaman.
•Tepat Waktu: pupuk yang diberikan sesuai dengan waktu pemberian pupuk bagi tanaman.
•Tepat Tempat: pupuk yang diberikan disesuaikan pada tempat dimana tumbuhan dapat menyerap dengan cepat. Pada tumbuhan padi tempat yang baik adalah di dekat akar.

5.Pemberantasan hama
Proses selanjutnya adalah pemberantasan hama,gulma,dan penyakit. Pada prinsipnya pemberantasaan hama,gulma,dan penyakit bertujuan untuk mencegah tanaman mati karena diserang oleh hama,gulma, atau penyakit tanaman. Serangan hama dan penyakit tanaman akan nmenurunkan tingkat produktifitas tanaman bahkan gagal sama sekali. Maka dari itu proses ini sangat diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman
1) Penyakit
Penyakit tanaman merupakan mikroorganisme yang merugilan dan mengganggu oleh virus, jamur,dan jasad renik lainnya yang perkembangbiakannya cepat. Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit yang menyerng tanaman padi:
•Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyriclaria Oryzae yang menyerang padi gaga pada bagian daun, tangkai malai, maupun pada gabah berupa bercak-bercak.
•Penyakit Helminthosporium menyerang bagian daun dan menimbulkan bercak-bercak merah kecoklatan
2) Gulma
Gulma adalah organisme pengganggu yang berupa tumbuhan yang berkembangbiaknya cepat. Eceng gondok merupakan salah satu gulma air yang dapat merusak saluran irigasi pada tanaman karena akar eceng gondok dapat menyebabkan pendangkalan aliran air.
3) Hama
Hama adalah organisme pengganggu yang berupa hewan yang berkembangbiaknya cepat. Contoh hama antara lain adalah wereng, belalang, ulat,dan tikus.
Cara pengendalian Hama, Gulma, dan Penyakit pada Tanaman
Pada tahun1998, para petani didaerah Lampung dikejutkan oleh oleh meledaknya populasi belalang kembara yang menyerang tanaman padi. Para petani terpaksa membakar tanaman padi mereka untuk memusnahkan hama tersebut. Hal ini tentu sangat merugikan, baik bagi petani maupun bagi dunia pertanian lainnya.
Kejadian seperti diatas mungkin saja terjadi di daereh lain. Mungkin dengan hama yang sama atau hama yang berbeda, misalnya wereng atau tikus. Bahkan, sangat dimungkinkan panen gagal karena serangan penyakit dan gulma tanaman. Karena itu, hama, penyakit, dan gulma tanaman harus dikendalikan, baik secara biologi, fisis, mekanis, kimiawi,dan radiasi.
a)Pengendalian secara Biologi
Pengendalian secara biologi adalah pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pemangsa/predator hama atau penyakit tersebut. Misalnya, pengendalian tikus sawah menggunakan ular sawah. Pengendalian hama secara biologi tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Namun, pengendalian hama dengan cara ini juga mempunyai kelemahan yaitu dapat menimbulkan hama baru.
b)Pengendalian secara Fisis
Pengendalian secara fisis adalah pengendalian hama dengan cara dipanaskan atau dibakar. Misalnya, pada padi yang telah dipanen batang padi yang tersisa dibakar. Pengendalian dengan cara ini menimbulkan efek buruk yaitu dengan timbulnya kabut asap hasil dari pembakaran.
c)Pengendalian secara Mekanis
Pengendalian secara mekanis adalah pengendalian hama tanpa menggunakan bahan kimia maupun hewan pemangsa. Pengendalian secara mekanis sampai sekarang masih digunakan oleh para petani pada saat membasmi gulma disawah. Alat-alat yang digunakan diantaranya sabit, sorok, atau cangkul kecil. Namun kelemahannya adalah tidak dapat digunakan untuk lahan yang luas karena akan memakan banyak waktu
d)Pengendalian secara Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi adalah pengendalian dengan menggunakan bahan-bahan kimia atau obat-obatan pestisida yang meliputi:
•Herbisida untuk membasmi rumput dan tanaman liar
•Fungisida untuk membasmi jamur
•Algasida untuk membasmi ganggang
•Ovisida untuk membasmi telur suatu hama
•Larvasida untuk membasmi larva
•Insectisida untuk membasmi serangga
•Malakosida untuk membasmi siput
•Rodentisida untuk membasmi hewan pengerat.
Namun, pemakaiannya harus diatur dan dapat meusak lingkungan.
e)Pengendalian secara Radiasi
Pengendalian secara radiasi adalah pengendalian hama dengan zat radio aktif. Namun, hal ini hanya dapat dilakukan terhadap hewan jantan.
 

DAMPAK POSITIF REVOLUSI HIJAU
Produksi padi dan gandum meningkat sehingga pemenuhan pangan (karbohidrat) meningkat. Sebagai contoh: Indonesia dari pengimpor beras mampu swasembada

PERMASALAHAN DAN DAMPAK NEGATIF
•Penurunan produksi protein, dikarenakan pengembangan serealia (sebagai sumber karbohidrat) tidak diimbangi pengembangan pangan sumber protein dan lahan peternakan diubah menjadi sawah.
•Penurunan keanekaragaman hayati.
•Penggunaan pupuk terus menerus menyebabkan ketergantungan tanaman pada pupuk.
•Penggunaan peptisida menyebabkan munculnya hama strain baru yang resisten

Berkembangnya penerapan Panca Usaha Pertanian mendorong bangkitnya gairah merekayasa varietas-varietas unggul, perlunya didirikan pabrik pupuk (urea merupakan pupuk pertama yang diproduksi di Indonesia, disusul ZA, TSP, dan lainnya), lahirnya alat pengolah tanah (traktor tangan), pemroses hasil pertanian (di antaranya
 
perontok gabah, huller, dan lainnya), dan munculnya berbagai formulasi pestisida (sekarang sudah ada industri pestisida). Peran lembaga penelitian dan perguruan tinggi menjadi menonjol dalam menyajikan temuan teknologi baru dan berbagai penyempurnaan teknologi budidaya lama yang sasarannya adalah meningkatkan dan mengamankan produksi sekaligus mengamankan kelangsungan hidup manusia dan membuka peluang hidup bagi generasi berikut bebas dari rasa takut tidak bisa makan. Panca Usaha Pertanian terus berkembang. Berbagai lembaga terkait, langsung atau tidak langsung, dengan pertanian diikutkan dalam Bimbingan Massal. Muncul rekayasa sosial Sapta Usaha Pertanian. Sapta Usaha Tani adalah kiat-kiat/cara-cara yang digunakan oleh petani pada tanaman padi untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas dan baik.
 
Pada akhir-akhir ini pemerintah sering sekali mengambil tindakan untuk mengimport beras dari luar negeri. Itu semua dikarenakan hasil panen yang kurang baik dari petani lokal. Dan itu semua membuat para petani lokal menjadi kalah bersaing, dan mau tidak mau para petani lokal harus menjual hasil panen mereka dengan harga yang lebih murah agar tidak kalah bersaing dengan beras import. Oleh karena itu agar dapat memperoleh hasil panen yang baik dan bermutu tinggi dan supaya tidak kalah bersaing dengan beras import, para petani melakukan suatu kiat-kiat yang sering kita sebut sebagai sapta usaha tani, yang terdiri dari Panca usaha tani ditambah dengan ”Pasca panen dan
Pemasaran yang baik”

6. Penanganan Panen Dan Pasca Panen
Pasca panen adalah kegiatan yang dilakukan para petani setelah melakukan panen. Di pulau jawa panen dilakukan tiga kali dalam satu tahun, dengan umur padi sampai dengan panen kurang lebih empat bulan. Contoh kegiatannya antara lain menanam jenis tanaman yang berbeda (selain tanaman pokok) yang umurnya pendek. Hal ini ditujukan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Dan, selain itu juga dapat menambah penghasilan petani.
 

7. Pemasaran
Pemasaran yang baik termasuk hal yang penting dalam sapta usaha tani. Misalnya, apabila hasil panen baik tetapi cara pemasran kurang sama saja petani akan merugi. Pada zaman dahulu, dikarenakan petani sering membutuhkan dana yang sifatnya secara mendadak dan dalam jumlah yang cukup besar, petani biasanya menjual gabah dengan sistem hijau / ijon. Sistem hijau atau ijon ialah menjual hasil panen saat kondisi padi masih hijau. Hal ini sangat merugikan bagi para petani, karena jumlah pengeluaran lebih besar dari hasil yang didapat. Namun, hal ini lama-lama dihilangkan karena BULOG langsung membeli gabah dari para petani. Hal tersebut dapat meringankan beban petani. Petani dapat menjual beras kepada BULOG ataupum kepada pedagang beras di pasar beras.
 
DIPOSKAN OLEH PUTRI BUDI DI 07.03

Pertanian lestari menjamin ketahanan pangan

Permasalah yang dihadapi para pelaku usaha tani tidak pernah surut dari waktu ke waktu, bahkan kecenderungan makin bertambah berat seiring dengan makin majunya peradapan manusia. Belum selesai satu masalah ditangani, sudah muncul beberapa masalah baru yang tidak kalah rumitnya untuk diatasi.
Manusia sebagai khalifah dimuka bumi sudah sepantasnya mawas diri, mengingat cobaan berupa musibah tentunya ada sesuatu yang belum tepat sehingga kedamaian belum pernah didapat.
Mari kita introspeksi diri dan kembali kealam untuk hidup berdampingan secara damai dengan segala mahluk yang ada, termasuk hama, patogen dan gulma, yang selalu dibenci dipertanian.
Prinsip kuno adanya keinginan memusnahkan mahluk yang dianggap merugikan perlu ditinggalkan. Kita harus mengambil sikap bahwa hidup berdampingan lebih indah dan nyaman, dibanding produksi tinggi tapi penuh dengan sensasi yang tiada henti.
Sudah saatnya manusia harus bertindak bijak, dan tidak egois untuk kepentingan sesaat. Adanya istilah hama (perusak tanaman), penyakit (patogen) ataupun gulma (tanaman tidak bermanfaat) hanyalah gelar sesaat yang diberikan manusia karena keberadaannya tidak disukai menurut kepentingan manusia.
Padahal, Allah SWT menjanjikan semuanya bermanfaat. Tidak ada sasuatu yang tercipta oleh Sang Maha Kuasa tanpa ada maksud dan tujuan, jelas tidak ada yang sia-sia. Namun manusia belum tahu atau tidak mengerti akibat terbatasnya ilmu yang dimiliki.
Sebagai contoh, tikus dianggap sebagai musuh utama petani karena memakan padi, namun apabila suatu saat terbukti ada yang bisa diambil manfaat dari keberadaan tikus (sebagai obat super ampuh misalnya) maka tikus tidak lagi sebagai musuh yang dicari untuk dimusnahkan.
Saatnya manusia sadar bahwa kelangsungan hidupnya sangat tergantung pada produktivitas dari ekosistem tanah, air dan sumber kekayaan genetik dari mahluk yang ada di muka bumi. Apabila manusia salah bertindak, maka akan menyesal karena berakibat makin rapuhnya ekosistem, yang selanjutnya mengganggu keseimbangan dalam siklus biogeokimia.
Sistem pertanian lama yang dikenal dengan gerakan revolusi hijau, dilandasi oleh; pendekatan industrial dengan orientasi agribisnis skala besar, padat modal, padat inovasi teknologi, penanaman varietas unggul secara seragam, dan ketergantungan pada masukan produksi dari luar yang boros energi tak terbarukan (seperti pupuk dan pestisida), ternyata mengundang banyak masalah.
Secara teoritis dan perhitungan ekonomi, penerapan berbagai kebijakan pertanian di era revolusi hijau sudah dianggap mampu sebagai alternatif teknologi yang tepat untuk menyelesaikan masalah kekurangan pangan dan gizi serta ketahanan pangan yang dihadapi penduduk.
Orang pun terlena dan takjub atas keberhasilan dari gerakan revolusi hijau karena memang pada tahap permulaan mampu meningkatkan produktivitas pertanian secara nyata, namun kemudian efisiensi produksi semakin menurun karena pengaruh umpan balik berbagai dampak samping yang merugikan.
Bahkan, apabila kita tengok dari prinsip ekonomi lingkungan, maka dengan menginternalisasikan biaya lingkungan dalam perhitungan neraca ekonomi suatu usaha, justru   yang diperoleh dari revolusi hijau adalah kerugian besar bagi negara.
Banyak permasalahan yang mulai kita rasakan sekarang cukup menghawatirkan, seperti; peningkatan erosi permukaan, penurunan kesuburan tanah, kehilangan bahan organik tanah, salinasi air tanah dan irigasi serta sedimentasi tanah, peningkatan pencemaran air dan tanah akibat pupuk kimia, residu pestisida dan bahan-bahan berbahaya lain di lingkungan dan makanan yang mengancam kesehatan manusia, terjadi penolakan pasar, keanekaragaman hayati pertanian yang makin berkurang, hilangnya kearifan tradisional dan budaya tanaman lokal, kontribusi dalam proses pemanasan global, peningkatan kemiskinan dan malnutrisi di pedesaan, dan ketergantungan petani pada pemerintah dan industri agrokimia.
Terbukti, penggunaan pupuk mineral akan memberikan sumbangan untuk terciptanya produksi yang tinggi, namun efeknya hanya sesaat dan akan terjadi akumulasi di lahan yang akan merusak struktur tanah, dan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah secara perlahan.
Pemberian pupuk sintetis yang berlebihan bukan hanya pemborosan tapi juga kontaminasi terhadap lingkungan. Namun yang lebih memprihatinkan, peranan mikroba berguna seperti antagonis akan musnah dan mikroba penambat nitrogenpun jadi terhambat akibat kadar pupuk nitrogen yang melimpah dari pemberian pupuk urea.
Saatnya, kebijakan dan praktek pertanian konvensional di era revolusi hijau seperti saat ini, harus diubah menjadi kebijakan dan praktek pertanian lestari (sustainable agriculture development) yang bertujuan memenuhi kebutuhan pangan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan produk pertanian dan pangan generasi masa mendatang.
Kebijakan pemerintah untuk subsidi pupuk dan pestisida sintetis secara bertahap perlu dikurangi dan diganti dengan kebijakan yang mendukung pemanfaatan pestisida alami dan pupuk hayati dengan mengolah bahan yang ada di sekitar lahan petani.
Pertanian lestari merupakan sistem usaha tani yang mampu mempertahankan produktivitas, dan bermanfaat bagi masyarakat dalam waktu yang tidak terbatas. Dengan demikian pertanian lestari bertujuan agar pertanian layak ekonomi, secara lingkungan dapat dipertanggungjawabkan, secara sosial dapat diterima, berkeadilan, dan secara sosial budaya sesuai dengan keadaan setempat, serta dilaksanakan dengan pendekatan holistik.
Langkah kongkrit dari pertanian lestari adalah mulai diliriknya sistem pertanian organik. Pertanian organik merupakan bagian kecil dari pendekatan dalam pembangunan pertanian lestari, dimana penggunaan pestisida botanis dan pupuk organik lebih diutamakan, serta meningkatkan peranan mikroba penambat nitrogen dan phosfat. Pertanian organik terbukti mampu memberikan hasil yang lebih tinggi, dan lebih ekonomis serta tidak mencemari  lingkungan.
Perlu disadari bahwa pada pertanian lestari bukan berarti penggunaan bahan kimiawi pertanian (agrochemical) tidak diperbolehkan sama sekali, namun sampai batas tertentu atau pada kondisi tertentu masih dimungkinkan. Terutama digunakan untuk menurunkan gangguan hama sampai pada nilai ambang ekonomis. Setelah itu tercapai, pengendalian diharapkan secara alamiah berjalan untuk mengatur keseimbangan di alam.
Sistem pertanian lestari diharapkan akan memacu tindakan pengolahan tanah secara lestari, pengendalian hama dan penyakit secara lestari (PHT), pemupukan secara lestari, serta berbagai tindakan agronomis yang mendukung kelestarian agar terjadi peningkatan produktivitas pertanian secara lestari, mengurangi residu bahan kimia berbahaya, mengurangi erosi tanah, dan  konservasi sumberdaya natural dan energi.
Keberlanjutan dari pertanian lestari juga ditentukan oleh kemandirian, profesionalisme dan kepercayaan diri petani. Oleh karenanya perlu dihidupkan dan dikembangkan kembali agar petani berani mengambil keputusan dalam menerapkan konsep pertanian lestari di lahan masing-masing.
Sudah saatnya paradigma yang mengharuskan produktivitas tinggi, menuju suatu kondisi masyarakat yang peduli pada kelestarian. Terjadi kesalahan fatal apabila produktivitas yang tinggi tapi menimbulkan biaya kerusakan yang siginifikan terhadap lingkungan dan masalah sosial di masyarakat.

Pertanian Lestari; Alternatif Pembangunan Pertanian di Banyumas

Oleh Oktani F.

Usai perang dunia 1, Robert Malthus, seorang ahli ekonomi dunia mengemukakan teori tentang pertumbuhan pendudukan dan pertambahan pangan. Menurutnya, pertambahan penduduk seperti deret ukur dan pertambahan bahan makanan akan seperti deret hitung. Artinya, pertambahan jumlah penduduk berlipat-lipat, sedangkan jumlah bahan makanan bertambah sedikit demi sedikit sehingga dunia terancam kelaparan. Demi mendengar ramalan tersebut, negara-negara besar dunia melakukan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan. Penelitian-penelitian benih-benih unggul, pupuk-pupuk kimia serta pestisida-pestisida sintetis.

Indonesia yang sedang berjalan pada tahap awal pembangunan juga melakukan hal serupa, program intensifikasi pertanian dengan panca usaha tani dan Bimas (Bimbingan Masyarakat), Program Intensifikasi Pertanian dilakukan sebagai upaya untuk menggenjot produksi pangan nasional.

Namun peningkatan produksi pertanian tersebut tidak berlangsung lama. Tercatat mulai tahun 1990 produksi pangan Indonesia menurun, bahkan pada tahun 1997 Indonesia mulai menjadi salah satu negara penimpor beras besar di dunia. Penggunaan benih-benih unggul, pupuk kimiawi dan pestisida buatan dalam jangka panjang terbukti menurunkan produktivitas, karena lahan sudah tidak dapat menyediakan unsur hara untuk tanaman akibat racun dari bahan kimia. Sayangnya kondisi tersebut tidak disadari, petani terus menerus melakukan pemupukan bahkan dengan dosis yang lebih tinggi untuk produktivitas lahan.
Begitu juga Banyumas, kabupaten ini larut dalam gegap gembita revolusi hijau, program ini dianggap berhasil di Banyumas, bahkan hingga saat ini Banyumas tidak terdaftar sebagai salah satu kabupaten rawan pangan di Jawa Tengah.

Jangan berbesar hati dulu, ternyata kontribusi sektor pertanian pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun-ketahun menurun. Dari kondisi ini bisa disimpulkan bahwa pproduktifitas pertanian di Banyumas sedang menuju kondisi kritis.
Sesungguhnya hal ini bisa diantisipasi, produktifitas lahan sawah memang sangat fluktutif,karena sangat rentan terhadap hama dan kondisi lingkungan.Berbeda dengan produktivitas lahan kering. Keanekaragaman jenis tanaman yang tinggi, membuat lahan kering lebih tahan terhadap serangan hama-penyakt tanaman. Potensi inilah yang perlu digenjot lagi, selain bahwa luasan lahannya yang mencapai 90 persen dari luas wilayah Banyumas.

Potensi yang Terabaikan
Lahan kering di Banyumas tersebar menjadi lahan-lahan pekarangan dan nderik. Petani pedesaan pada umumnya memanfaatkannya untuk tanaman buah, kayu, dan tanaman tahunan lain. Hasil dari kebun tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan tabungan apabila sewaktu-waktu membutuhkan dana segar dalam jumlah besar.

Sayangnya, keberpihakan pemerintah terhadap sektor pertanian masih setengah hati. Sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB yang mencapai 24,73 % pada tahun 2003 terus menurun. Salah satu sebab utamanya adalah peralihan fungsi lahan dari pertanian menjadi perumahan, selain karena serangan hama-penyakit tanaman dan kerusakan saluran irigasi.

Petani memerlukan dukungan penuh dari pemerintah dengan kebijakanyang bisa mendorong kemajuan pertanian. Pemasaran, sarana produksi, subsidi pertanian, dan kebijakan impor produk pertanian perlu ditetapkan dengan mempertimbangkan kepentingan masyarakat tani.

Berbagai produk pertanian lahan kering seperti tanaman buah, tanaman kayu, dan tanaman hias dapat dikembangkan secara optimal. Kesuburan tanah Banyumas yang baik, menyediakan cukup hara bagi tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dari ratusan jenis tanaman lahan kering, Banyumas baru mengembangkan 14 jenis tanaman, diantaranya adalah Casiavera, Cengkeh, Jambu mete, Kakao, Kapuk, Karet, Kelapa, Kenanga, Kopi, Lada, Pala, Panili, Pinang dan Teh. Produk-produk tersebut tersebar hampir di seluruh kecamatan.

Kabupaten ini juga salah satu penghasil gula kelapa terbesar di Indonesia. Setiap tahun 44.000 ton gula dihasilkan dari 4.677 hektar kebun kelapa dengan 34.317 uni pengolahan. Unit-unit pengolahan ini terdapat di dapur-dapur petani yang tersebar di 22 kecamatan dari 27 kecamata di seluruh Banyumas. Gula kelapa di Banyumas menopang hidup banyak orang, tercatat 32.570 orang penduduk berprofesi sebagai penderes, diluar angka itu ada 90.241 orang menggantungkan hidup dari pengolahan gula kelapa.

Profil ini sedikit banyak menunjukan bahwa pertanian lahan kering Banyumas adalah potensi pertanian yang sangat besar.
Salah satu konsep pertanian di lahan kering adalah wanatani. Wanatani merupakan perpaduan antara tanaman hutan (tahunan) dengan tanaman semusim. Dari tanaman tahunan, petani dapat mendapatan hasil jangka panjang yang jumlahnya cukup banyak. Tanaman kayu itu juga berfungsi sebagai tabungan bagi petani yang dapat digunakan ketika kebutuhan keuangan dalam jumlah cukup besar datang. Sedangkan kebutuhan harian, dapat dipenuhi dari hasil tanaman semusim.

Di Banyumas, wanatani tidak hanya dilakukan di hutan .Lahan-lahan kering, baik yang terletak di sekitar rumah ataupun jauh dari rumah di dataran rendah pun banyak yang telah diusahakan dengan menerapkan sistem tersebut. Dengan menggunakan prinsip-prinsip wanatani, lahan kering diubah menjadi hutan mini dengan tanaman tegakan sebagai tanaman utama dan tanaman semusim sebagai tanaman tambahan atau sebaliknya.

Pertanian Lestari dan Kedaulatan Petani
Petani bukanlah semata-mata penghasil bahan makanan untuk masyarakat dengan target produksi tertentu agar kebutuhan masyarakat akan pangan tercukupi. Petani merupakan bagian dari masyarakat yang berprofesi sebagai penghasil bahan kebutuhan pangan masyarakat. Dengan pandangan ini, maka otoritas penuh kepada petani untuk mengelola lahan berdasarkan pada analisa lingkungannya. Sehingga petani dapat mengambil keputusan-keputusan berdasarkan pada kebutuhan dirinya dan keluarganya serta berkontribusi kepada masyarakat. Keadilan yang dibangun melalui pelibatan langsung petani, pengetahuan yang cukup mengenai lingkungan serta optimalisasi usaha tani menjadi landasan awal membangun kedaulatan petani.

Petani yang berdaulat adalah petani yang memiliki kekuatan untuk menentukan nasibnya sendiri, tanpa ada kekuatan lain yang mendominasinya. Dengan kata lain, petani yang berdaulat adalah petani yang dapat menentukan sendiri arah dan langkahnya dengan segenap kekuatan yang dimilikinya. Keputusan-keputusan yang digunakan dalam setiap kegiatan pertanian, akan diambil dengan pertimbangan keberlanjutan lingkungannya, bukan semata-mata menggunakan pertimbangan ekonomis. Mereka akan lebih bijak dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan usaha taninya. Bagaimana menghasilkan bahan pangan tanpa merusak lingkungan, apa saja yang akan memelihara dan melestarikan lingkungannya, merupakan salah satu bahan pertimbangan yang dipikirkan sebelum berusaha tani. Kearifan alamiah ini sesungguhnya menjadi dasar bagi upaya membangun pertanian yang lestari.

Konsep pertanian ini memandang bahwa mahluk hidup dalam ekosistem memiliki hubungan timbal balik. Tidak hanya dengan sesama makhluk hidup, benda-benda mati dalam ekosistem memiliki hubungan dengan makhluk hidup yang ada. Unsur-unsur hara yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat berasal dari daur unsur hara dalam ekosistem. Daun-daunan yang jatuh ke tanah, dengan bantuan mikroorganisme akan terurai menjadi bahan organik tanah yang mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Dalam proses tersebut, terdapat aliran energi dan material. Tanaman sebagai penghasil bahan makanan (dikenal sebagai produsen), akan dimakan oleh hewan pemakan tumbuhan seperti misalnya kambing, sapi, ayam, dan lain-lain. Ketika hewan dan tanaman-tanaman itu mati, maka jasadnya akan diuraikan oleh mikroorganisme-mikroorganisme kecil dalam tanah menjadi unsur-unsur yang kembali digunakan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang, demikian seterusnya siklus itu terjadi.

Praktek dalam bidang pertanian dengan sistem ini mensyaratkan keanekaragaman tanaman dan penghuni lingkungan lain. Sistem bertanam monokultur yang hanya mengandalkan satu jenis tanaman tidak termasuk ke dalam pertanian lestari. Cara-cara bertanam yang banyak diketahui masyarakat, yang sesuai dengan prinsip pertanian lestari adalah sistem tumpangsari dan tumpanggilir. Dalam cara bertani tersebut, petani juga menanam tanaman-tanaman lain, selain tanaman utama, sebagai tanaman pendukung. Pemanfaatan limbah ternak untuk tanaman dan sebaliknya akan meningkatkan optimalisasi usaha tani sehingga penggunaan masukan dari luar dapat dikurangi seminimal mungkin. Hal tersebut tentu baik untuk mengurangi biaya produksi usaha tani yang meningkat terus menerus tanpa diiringi peningkatan harga produk pertanian yang sebanding.

2 komentar: