Read more: Cara Membuat Tulisan Judul Blog Berjalan http://ojelhtc.blogspot.com/2011/12/cara-membuat-tulisan-judul-blog.html#ixzz1g70iReY3 Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial Share Alike

tulisan

welcome : selamat mengakses, semoga bermanfaat

Selasa, 13 Desember 2011

Pembangunan Pertanian


Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan
sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status
dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan
potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik,
budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan
(growth) dan perubahan (change)
Syarat
pokok pembangunan pertanian meliputi:
 (1) adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani,
(2) teknologi yang senantiasa berkembang,
 (3) tersedianya bahan-bahan danalat-alat produksi secara lokal,
 (4) adanya perangsang produksi bagi petani, dan
(5) tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.
 Adapun syarat pelancarpembangunan pertanian meliputi:
(1) pendidikan pembangunan,
(2) kredit produksi,
(3) kegiatan gotong royong petani,
(4) perbaikan dan perluasan tanah pertanian,dan
(5) perencanaan nasional pembangunan pertanian. Beberapa Negara
berkembang, termasuk Indonesia, mengikuti saran dan langkah kebijakan yang
disarankan oleh Mosher.
Pembangunan Jangka Panjang (PU-PJP) yaitu PU-PJP I (1969-1994) dan PU-PJP
II (1994-2019). Dalam PU-PJP I, pembangunan dilaksanakan melalui lima serangkaian
Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang semuanya dititik
beratkan pada sektor pertanian sebagai berikut:
1. Repelita I: titik berat pada sektor pertanian dan industri pendukung sektor
pertanian.
2. Repelita II: titik berat pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri
pengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
3. Repelita III: titik berat pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan
meningkatkan industri pengolah bahan baku menjadi bahan jadi.
4. Repelita IV: titik berat pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha menuju
swasembada pangan dengan meningkatkan industri penghasil mesin-mesin.
5. Repelita V: melanjutkan Repelita IV.

Para perancang pembangunan Indonesia pada awal masa pemerintahan Orde Baru menyadari benar hal tersebut, sehingga pembangunan jangka panjang dirancang secara bertahap.
Pada tahap pertama, pembangunan dititikberatkan pada pembangunan sector pertanian dan industri penghasil sarana produksi peratnian.
Pada tahap kedua, pembangunan dititikberatkan pada industri pengolahan penunjang pertanian
(agroindustri) yang selanjutnya secara bertahap dialihkan pada pembangunan
industri mesin dan logam. Rancangan pembangunan seperti demikian, diharapkan
dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia yang serasi dan seimbang,
tangguh menghadapi gejolak internal dan eksternal.
Pentingnya peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara juga dikemukakan oleh Meier (1995) sebagai berikut:
(1) dengan mensuplaimakanan pokok dan bahan baku bagi sektor lain dalam ekonomi yang
berkembang,
(2) dengan menyediakan surplus yang dapat diinvestasikan dari tabungan dan pajak untuk mendukung investasi pada sektor lain yang berkembang,
(3) dengan membeli barang konsumsi dari sektor lain, sehingga akan
meningkatkan permintaan dari penduduk perdesaan untuk produk dari sektor yang
berkembang, dan
(4) dengan menghapuskan kendala devisa melalui penerimaan devisa dengan ekspor atau dengan menabung devisa melalui substitusi impor.
Menurut Sudaryanto et al. (2005), pendekatan pembangunan pertanian selama pemerintahan Orde Baru dilaksanakan dengan pendekatan komoditas. Pendekatan ini dicirikan oleh pelaksanaan pembangunan pertanian berdasarkan pengembangan komoditas secara parsial (sendiri-sendiri) dan lebih berorientasi pada peningkatan produksi dibanding peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
petani. Namun pendekatan komoditas ini mempunyai beberapa kelemahan mendasar,
yaitu: (1) tidak memperhatikan keunggulan komparatif tiap komoditas,
(2) tidak memperhatikan panduan horizontal, vertikal dan spatial berbagai kegiatan
ekonomi, dan (3) kurang memperhatikan aspirasi dan pendapatan petani.
Oleh karena itu, pengembangan komoditas seringkali sangat tidak efisien dan keberhasilannya
sangat tergantung pada besarnya subsidi dan proteksi pemerintah,
serta kurang mampu mendorong peningkatan pendapatan petani.
Dengan demikian, strategi pembangunan pertanian harus
lebih memfokuskan pada peningkatan daya saing, mengandalkan modal dan
tenaga kerja terampil dan berbasis inovasi teknologi dengan memanfaatkan sumberdaya
lokal secara optimal.
Fokus pembangunan ekonomi lebih banyak diarahkan
pada sektor industri dan jasa, bahkan yang berbasis teknologi tinggi dan
intensif kapital. Namun demikian, ketika krisis ekonomi terjadi, agenda reformasi
yang bergulir tanpa arah, proses desentralisasi ekonomi yang menghasilkan
24
kesengsaraan dan penderitaan rakyat, maka Indonesia kembali menjadikan sektor
pertanian sebagai landasan utama pembangunan ekonomi (Arifin, 2005).
Secara lebih rinci, beberapa pertimbangan tentang pentingnya mengakselerasi
sektor pertanian di Indonesia dikemukakan oleh Simatupang (1997) sebagai
berikut:
1. Sektor pertanian masih tetap sebagai penyerap tenaga kerja, sehingga akselerasi
pembangunan sektor pertanian akan membantu mengatasi masalah pengangguran.
2. Sektor pertanian merupakan penopang utama perekonomian desa dimana
sebagian besar penduduk berada. Oleh karena itu, akselerasi pembangunan
pertanian paling tepat untuk mendorong perekonomian desa dalam rangka
meningkatkan pendapatan sebagian besar penduduk Indonesia dan sekaligus
pengentasan kemiskinan.
3. Sektor pertanian sebagai penghasil makanan pokok penduduk, sehingga
dengan akselerasi pembangunan pertanian maka penyediaan pangan dapat terjamin.
Langkah ini penting untuk mengurangi ketergantungan pangan pada
pasar dunia.
25
4. Harga produk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen,
sehingga dinamikanya amat berpengaruh terhadap laju inflasi. Oleh
karena itu, akselerasi pembangunan pertanian akan membantu menjaga stabilitas
perekonomian Indonesia.
5. Akselerasi pembangunan pertanian sangatlah penting dalam rangka mendorong
ekspor dan mengurangi impor produk pertanian, sehingga dalam hal
ini dapat membantu menjaga keseimbangan neraca pembayaran.
6. Akselerasi pembangunan pertanian mampu meningkatkan kinerja sektor
industri. Hal ini karena terdapat keterkaitan yang erat antara sektor pertanian
dengan sektor industri yang meliputi keterkaitan produk, konsumsi dan investasi
Kegiatan pembangunan pertanian tahun 2005-2009 dilaksanakan melalui
tiga program, yaitu: (1) Program peningkatan ketahanan pangan, (2) Program pengembangan
agribisnis, dan (3) Program peningkatan kesejahteraan petani.
Terdapat beberapa alasan mengapa sektor pertanian yang kuat sangat esensial
dalam suatu proses industrialisasi pertanian. Beberapa alasan tersebut antara
lain sebagai berikut (Tambunan, 2001):
1. Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan terjamin dan ini merupakan
salah satu prasyarat penting agar proses industrialisasi pertanian pada
khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bisa berlangsung
dengan baik. Ketahanan pangan berarti tidak ada kelaparan dan ini menjamin
kestabilan sosial dan politik.
2. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian yang kuat membuat
tingkat pendapatan riil per kapita di sektor tersebut tinggi yang merupakan
salah satu sumber permintaan terhadap barang-barang nonfood,
khususnya manufaktur (keterkaitan konsumsi atau pendapatan). Khususnya di
Indonesia, dimana sebagian besar penduduk berada di perdesaan dan mempunyai
sumber pendapatan langsung maupun tidak langsung dari kegiatan
pertanian, jelas sektor ini merupakan motor utama penggerak industrialisasi.
Selain melalui keterkaitan pendapatan, sektor pertanian juga berfungsi sebagai
sumber pertumbuhan di sektor industri manufaktur melalui intermediate
demand effect atau keterkaitan produksi: output dari industri menjadi input
bagi pertanian.
3. Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah satu sumber input bagi
sektor industri pertanian yang mana Indonesia memiliki keunggulan komparatif,
misalnya industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian
jadi, industri kulit, dan sebagainya.
34
4. Masih dari sisi penawaran, pembangunan yang baik di sektor pertanian bisa
menghasilkan surplus di sektor tersebut dan ini bisa menjadi sumber investasi
di sektor industri, khususnya industri skala kecil di perdesaan (keterkaitan
investasi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar